Pengukuran adalah usaha penetapan skor untuk individu, sehingga skor tersebut dapat mewakili beberapa karakteristik individu. Dalam bidang psikologi, pengukuran masih dalam taraf perkembangan. Psikometri sebagai cabang ilmu psikologi bidang yang berkaitan dengan teori dan teknik dalam pengukuran, mencakup pengukuran pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat kepribadian, telah mengalami kemajuan yang pesat.
Kemajuan pesat psikometri menjadi masukan bagi ahli psikologi untuk mengevaluasi sisi lemah dari alat ukur atau skala psikologi yang sudah ada dan sering digunakan. Selain itu, psikometri juga membantu meningkatkan usaha pencapaian optimal dalam penyusunan dan perkembangan alat ukur psikologi.
Kendati demikian, menurut Azwar, pengukuran atribut psikologi jauh lebih sukar dan bahkan tidak mungkin pernah dapat dilakukan dengan tingkat validitaa, realibilitas, dan objektivitas yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan:
Pertama, atribut psikologi yang bersifat talent, maksudnya aksistensi atribut psikologi ada secara konseptual. Objek pengukuran psikologi merupakan konstrak yang tidak dapat diamati secara langsung, melainkan hanya dapat diungkap melalui pengamatan terhadap indikator keperilakuan yang operasional.
Kedua, item dalam alat ukur psikologi ditulis berdasarkan indikator keperilakuan yang jumlah pasti terbatas. Keterbatasan jumlah item alat ukur psikologi menyebabkan hasil pengukuran yang tidak cukup komprehensif. Dan lagi keterbatasan indikator keperilakuan itu pun sangat mungkin pula masih tumpang tindih dengan indikator keperilakuan dari atribut psikologi lain.
Ketiga, respon yang diberikan oleh subjek terhadap stimulus dalam skala psikologi sedikit banyaknya juga dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak relevan seperti suasana hati (mood) subjek, gangguan kondisi disekitar subjek, dan lainnya.
Keempat, atribut psikologi yang tedapat dalam diri manusia tingkat stabilitasnya tidak tinggi. Banyak yang mudah berubah sejalan dengan waktu dan situasi.
Kelima, interpretasi terhadap hasil pengukuran psikologi hanya dapat dilakukan secara normatif. Artinya bahwa pengukuran psikologi terdapat sumber eror.
Dari sini, keterbatasan dalam bidang pengukuran psikologi menjadikan prosedur kontruksi alat ukur psikologi lebih rumitdan harus dilakukan dengan penuh perencanaan dan sistematik. Sehingga sumber eror yang mungkin ada dapat ditekan sedapat mungkin. Dan pula validitas dan reliabilitas pengukuran harus diperhitungkan sejak dari awal.
Baca juga Penelitian Survei
Sumber: Saifudding Azwar, Penyusunan Skala Psikologi, Edisi 2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015)
Komentar
Posting Komentar