Apakah Inteligensi Itu?
Secara umum, inteligensi atau biasa disebut dengan kecerdasan ialah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Berbicara tentang inteligensi biasanya selalu dikaitkan dengan kemampuan pemecahan masalah, karena kecerdasan memiliki andil dalam cepat atau lambatnya seseorang memecahkan masalah yang dihadapinya.
Menurut bahasa, inteligensi berasal dari kata latin intelligere yang memiliki arti mengorganisasikan, menghubungkan, menyatukan satu dengan yang lain.
Para ahli tidak memiliki kesatuan pandangan dalam memberikan definisi tentang kecerdasan. Stern mendifinisikan inteligensi sebagai daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Dalam definisi Stern ini, penekanan arti inteligensi lebih difokuskan kepada kemampuan adjustment atau penyesuaian diri terhadap masalah yang dihadapinya.
Definisi lain dari Edward Lee Thorndike (1874-1949) inteligensi adalah kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta. Maksudnya, orang dianggap intelegen tatkala responya merupakan respon yang baik atau sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Di sini, aspek pengalaman yang banyak antara hubungan stimulus dengan respon memiliki pengaruh dalam memberikan respon yang tepat.
Mewakili definisi-definisi inteligensi lainnya, Chaplin dalam buku Kamus Lengkap Psikologi, merumuskan tiga definisi kecerdasan; (1) kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, (2) kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, dan (3) kemampuan memahami pertalian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali.
Dari berbagai definisi inteligensi di atas, ada dua kunci utama dalam pengertian inteligensi. Pertama, inteligensi sebagai kapasitas belajar berdasarkan pengalaman. Dan kedua, inteligensi sebagai penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya.
Tes Inteligensi (IQ)
Mulanya, tes inteligensi (IQ) pertama yang bersifat individual diciptakan oleh Alfred Binet (1905) seorang psikolog Perancis. Binet berusaha untuk memprediksi inteligensi anak-anak yang dapat berfungsi dengan baik di sekolah. Hasil tes tersebut berupa angka sederhana yang menyimpulkan kemampuan seseorang.
Mulanya, tes inteligensi (IQ) pertama yang bersifat individual diciptakan oleh Alfred Binet (1905) seorang psikolog Perancis. Binet berusaha untuk memprediksi inteligensi anak-anak yang dapat berfungsi dengan baik di sekolah. Hasil tes tersebut berupa angka sederhana yang menyimpulkan kemampuan seseorang.
Kemudian, pada saat terjadi Peng Dunia 1, beberapa negara menggunakan tes inteligensi yang diberi nama The Army General Intelligence Test sebagai tes perekrutan anggota angkatan bersenjata. Tes ini digunakan untuk mengukur seberapa layak rekrutan dapat berlaku sebagai tentara, dan penetapan posisi anggota di berbagai devisi, baik devisi angkatan udara, laut, dan darat.
Hingga kini, tes inteligensi telah digunakan di sekolah, untuk perekrutan tenaga kerja, untuk perkembangan pribadi, dan lain-lainnya. Penggunaan tes inteligensi sebagai alat untuk seleksi terkhusus di sekolah mengundang perdebatan. Karena tujuan awal tes inteligensi yang dilakukan Binet ialah untuk membantu baik anak yang memiliki keterlambatan mental maupun anak yang normal untuk diidentifikasikan sebelum mereka mengalami hambatan di sekolah.
Kasus tes inteligensi yang lumayan kontrovesial dilakukan oleh Arthur Jensen (1969). Jensen melakukan tes inteligensi yang digunakan untuk membedakan ras, dengan kesimpulan bahwa hasil tes bangsa kulit hitam sekitar 15 poin di bawah nilai rata-rata kulit putih.
Tujuh Tipe Inteligensi
Dalam perkembangan kajian tentang inteligensi, seorang neuropsikolog yang bernama Howard Gardner dalam bukunya Frames of Mind (1983) memperkenalkan teori kecerdasan ganda (multiple intelligences theory). Howard Gardner adalah seorang neuropsikolog di VA Hospital, Boston Jerman. ia juga merupakan professor di bidang neurologi Boston University School of Medicine. Teori temuannya (teori kecerdasan ganda) mengubah cara kita memandang kecerdasan.
Dalam perkembangan kajian tentang inteligensi, seorang neuropsikolog yang bernama Howard Gardner dalam bukunya Frames of Mind (1983) memperkenalkan teori kecerdasan ganda (multiple intelligences theory). Howard Gardner adalah seorang neuropsikolog di VA Hospital, Boston Jerman. ia juga merupakan professor di bidang neurologi Boston University School of Medicine. Teori temuannya (teori kecerdasan ganda) mengubah cara kita memandang kecerdasan.
Dalam teori tersebut disebutkan bahwa tiap manusia memiliki sekurang-kurangnya tujuh sampai sembilan tipe inteligensi yang dapat diukur. Dan lagi, menurut Gardner, setiap bentuk inteligensi memiliki pola-pola neurologis yang unik. Tujuh tipe inteligensi tersebut ialah; lingustic, musical, logical-mathematical, spatial, bodily-kinesthetic, interpersonal, dan intra-personal.
Kecerdasan linguistik, yakni penguasaan atas bahasa, segala segi ketatabahasaan, dunia semantik dan fonologi, dan kepiawaian untuk menggunakan berbagai bentuk ungkapan linguistik yang ekspresif seperti metafora, sajak dan puisi, dan berbagai macam bunyi bahasa, dalam komunikasi verbal, literal/tekstual, visual atapun lewat tanda-tanda dan simbol-simbol;
Kecerdasan musikal, yakni kemampuan kognitif untuk menciptakan berbagai jenis komposisi musik, atau memainkannya, atau memberi tafsiran yang pas atas suatu komposisi musik, atau mendengarkan sebuah komposisi musik lalu menangkapnya dengan pas dan bisa memainkan sendiri tanpa atau dengan disertai improvisasi yang kaya dan kreatif;
Kecerdasan logis matematis, yakni kemampuan untuk berpikir saintifik, deduktif logis, kalkulasi numerik, memecahkan masalah dalam waktu sangat singkat dalam benak sebelum dituangkan ke dalam tulisan;
Kecerdasan spasial, yakni kemampuan mental untuk dengan baik mengenali ruang dan tempat-tempat di dalamnya, dalam rangka mengarahkan gerak dan arah sesuatu dalam suatu navigasi, atau dalam rangka pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan ruang;
Kecerdasan kinestetik-ragawi (atau kecerdasan ragawi), yakni kemampuan untuk menggunakan dan mengontrol tubuh sendiri dan semua anggotanya dengan sangat piawai dan dalam cara yang sangat beranekaragam, dan untuk menggunakan berbagai objek dan benda dengan mahir dan memikat, bagi keperluan pementasan dan pagelaran atau tujuan-tujuan lain.
Kecerdasan interpersonal, yakni kepiawaian untuk mengenali individu-individu di luar diri sendiri dan mendeteksi berbagai suasana mental mereka masing-masing, dan untuk membaca alam pikiran dan berbagai maksud dan keinginan individu-individu lain itu, lalu berdasarkan pengetahuan ini bertindak sedemikian rupa untuk memandu dan mengarahkan mereka ke tujuan-tujuan yang sudah digariskan;
Kecerdasan intrapersonal, yakni kemampuan mental untuk mengenali aspek-aspek internal diri sendiri, misalnya kognisi, perasaan, emosi, kebutuhan, keinginan, kemauan, harapan, kerinduan, dan untuk membeda-bedakan aspek-aspek ini, yang diperlukan untuk memahami dan memandu perilaku dan tindakan sendiri.
Daftar Pustaka:
Howard Gardner, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (New York: Basic Books, 2011)
Howard Gardner, Multiple Intelligences: New Horizons (New York: Basic Books, 2006)
Nigel C. Benson, Introducing Psychology (London: Icon Books, 2003)
J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002)
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi, 2010)
Lynn Wilcox, Psikologi Kepribadian: Analisis Seluk beluk Kepribadian Manusia. versi trjmh dari Criticsm of Islam Psychology (Yogyakarta: IRCiSoD, 2013)
Komentar
Posting Komentar