Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji Validitas
Menurut Azwar, validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (alat ukur) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1987: 173). Sugiyono menjelaskan bahwa validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137).
Menurut Azwar, validitas berasal dari kata “validity” yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (alat ukur) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1987: 173). Sugiyono menjelaskan bahwa validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2004:137).
Dari sini dapat dipahami bahwa alat ukur bisa dikatakan valid, jika alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya dengan memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud digunakannya alat ukur tersebut.
Contoh:
Seorang mahasiswa melakukan penelitian tentang kepuasan kerja karyawan. Untuk itu, ia akan mengukur kepuasan kerja karyawan tersebut. Dan semua item pertanyaan atau pernyataan dalam alat ukur model kuesioner, semuanya mesti berkaitan dengan kepuasan kerja. Tidak ada satu pun item pertanyaan atau pernyataan yang keluar dari topik itu. (misalnya, "Apakah anda merasa bahwa karir Anda dalam pekerjaan sudah tidak dapat meningkat lagi?", "Apakah anda merasa bosan dengan tugas-tugas Anda?"), bisa dikatakan bahwa tes itu memiliki validitas isi.
Jika sebuah tes hanya menanyakan bagaimana perasaan karyawan mengenai tingkat gaji yang diperolehnya, tes tersebut kurang memiliki validitas isi dan kurang dapat digunakan. Bagaimanapun juga, orang yang memperoleh gaji tinggi tidak selalu puas dengan pekerjaannya dan orang yang memperoleh gaji rendah tidak selalu merasa tidak puas.
Azwar menyebutkan, subtansi yang terpenting dalam uji validatas alat ukur adalah membuktikan bahwa struktur seluruh aspek keperilakuan, indikator keperilakuan, dan item-itemnya, semuanya memang membentuk suatu konstrak yang akurat bagi atribut yang diukur (Azwar, 2015: 131).
Uji Reliabilitas
Menurut Suryabrata, reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat ukur dapat dipercaya (Suryabrata, 2004: 28). Secara mudahnya, alat ukur yang reliabel berarti memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Dilakukannya uji reliabilitas menurut Sarini dan Sutanto, hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memenuhi uji validitas, jika tidak memenuhi syarat uji validitas maka tidak perlu diteruskan untuk uji reliabilitas. Dan uji reliabilitas ini digunakan pada setiap variabel bukan pada setiap item pertanyaan (Sarini dan Sutanto, 2015: 259).
Tinggi rendahnya reliabilitas alat ukur atau tes tidak dapat ditentukan dengan pasti. Namun demikian, kita masih dapat melakukan estimasi terhadap tinggi rendahnya reliabilitas suatu alat ukur.
Beberapa pendekatan yang sering dilakukan untuk mencari koefisien reliabilitas suatu alat ukur adalah dengan cara:
- Ukur Ulang (Test Retest).
- Ukur Setara (Parallel Form/Equivalent Form/Alternative Form).
- Sekali Ukur (One Shot) (Nisfiannoor, 2009: 216)
Pentingnya Uji Validitas dan Reliabilitas
Sevilla (1988) menyatakan dalam Umar, Intrument Pengumpulan data yang baik (misalnya kuesioner) minimal memehuhi lima kriteria, dua diantaranya yaitu: uji validitas dan uji reliabilitas (Umar, 2002: 101).
Sevilla (1988) menyatakan dalam Umar, Intrument Pengumpulan data yang baik (misalnya kuesioner) minimal memehuhi lima kriteria, dua diantaranya yaitu: uji validitas dan uji reliabilitas (Umar, 2002: 101).
Jadi, sifat ketepatan dan konsistensi atau valid dan reliabel diperlihatkan oleh tingginya validitas dan reliabilitas hasil ukur suatu pengukuran (alat ukur). Nisfiannoor menjelaskan, suatu instrumen ukur yang tidak valid atau tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek/responden/ individu yang dikenai pengukuran/tes tersebut. Apabila informasi keliru digunakan sebagai dasar dalam pengambilan suatu kesimpulan dan keputusan, maka tentu saja kesimpulan dan keputusan itu tidak tepat (Nisfiannoor, 2009: 211). Inilah mengapa pentingnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur pengumpulan data penelitian.
Refrensi
Muhammad Nisfiannoor, Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2009)
Husein Umar, Metode Riset Bisnis: Panduan Mahasiswa Untuk Melaksanakan Riset Dilengkapi Contoh Proposal dan Hasil Riset Bidang Manajemen Dan Akuntansi, Cet. ke-2 (Jakarta: , 2003)
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. (Bandung: Alfabeta, 2004).
Saifuddin Azwar, Penyenyusunan Skala Psikologi, edisi ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015)
Saifuddin Azwar, Test Prestasi, (Yogyakarta: Liberty, 1987)
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2004).
Sarini Abdullah dan Taufik Edy Sutanto, Statistika Tanpa Stres (Jakarta: Transmedia, 2015)
Komentar
Posting Komentar